Selasa, 29 Desember 2009

Nuqilan al-Adzkar an-Nawawi

0 komentar
Dalam kitabnya al-Adzkar an-Nawawi menghimpun lebih dari 40buah hadits yang berkenaan dengan aktifitas Nabi SAW menjelang tidur. Secara garis besar tercatat beberapa ritual Nabi SAW tersebut sebagai berikut:
-Berwudlu sebelum tidur
-Sholat witir sebelum tidur
-Membaca al-Quran sebelum tidur. Adapun surat-surat yang dibaca adalah: ayat kursi, surat al-Baqarah 285-286, surat Bani Israil, surat az-Zummar, surat al-Musabbihat, surat al-Kafirun, surat al-Ikhlash, surat al-Mawwidzat (al-Falaq dan an-Nas).
-Mengumpulkan kedua telapak tangan dan meniupnya kemudian dibacakan surat al-Muwwidzat atasnya lalu diusapkan pada seluruh tubuh yang dapat dijangkaunya.
-Berbaring di atas sisi sebelah kanan (lambung kanan) dan disunahkan menghadap kiblat.
-Meletakkan tangan kanan di bawah pipinya.
-Membaca dzikir dan do'a.
Dan setelah kita berada pada posisi terlentang (baca:tidur) ada ritual lain yang diajari oleh Nabi SAW, yang dijelaskan dalam al-Adzkar:
Pertama, adalah ritual dzikir ketika mimpi baik dan buruk. Ada beberapa cara mengatasimya.Apabila seseorang bermimpi baik hendaknya membaca 'hamdalah', dan menceritakan mimpimya pada orang yang menyukainya dan meyakini bahwa mimpinya berasal dari Allah SWT. Sebaliknya, bila mimpinya buruk hendaknya meludah tiga kali ke sebelah kirinya, membaca ta'awwudz tiga kali, merubah posisi tidurnya, dan tidak menceritakannya pada siapa pun serta meyakini bahwa mimpinya berasal dari setan, lalu disunahkan untuk sholat malam.
Kedua, adalah ritual dzikir ketika hendak melakukan hubungan suami istri. Yakni membaca do'a sebelum atau ketika hendak melakukan hubungan intim. Melaksanakan wudlu sesudah melakukannya.
Menurut an-Nawawi orang yang bangun pada malam hari ada dua macam, setelah bangun tidur lagi dan setelah bangun tidak tidur lagi. Bagi orang yang ingin tidur lagi maka setelah bangun mengibas-ibaskan tepi sarungnya sebanyak tiga kali dan berdzikir kepada Allah sampai tertidur. Diterangkan dal al-Adzkar bahwasanya setelah tidur disunahkan mengusap wajah, membaca do'a banguntidur, keluar rumah sambil melihat langit dan membaca surat al-Imran ayat 190-200, kemudian mengambil air wudlu dan sholat tahajjud.

Kamis, 24 Desember 2009

Urgensi dan Fungsi FPI

0 komentar
Makna Filsafat Dan Filsafat Pendidikan Islam
Istilah "filsafat" dapat ditinjau dari dua segi, yakni: Segi semantik: kata ‘filsafat’ berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang berasal dari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'philos' artinya cinta, suka, dan 'sophia' artinya pengetahuan, hikmah. Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada kebijaksanaan, kearifan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut 'philosopher', dalam bahasa Arabnya 'failasuf".
Segi praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti 'alam pikiran' atau 'alam berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam, sungguh-sungguh, radikal, sistematis dan rasional Sebuah semboyan mengatakan "setiap manusia adalah filsuf". Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Sedangkan filsafat pendidikan, menurut John Dewey adalah teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran umum mengenai pendidikan, falsafah pendidikan pada hakekatnya merupakan jawaban dari pertayaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan dan merupakan penerapan suatu analisa filosofis terhadap pendidikan. John Dewey juga memandang bahwa ada hubungan yang erat antara filsafat dengan pendidikan. Oleh karena itu tugas filsafat dan pendidikan seiring yaitu sama-sama memajukan hidup manusia. Ahli filsafat lebih memperhatikan tugas yang berkaitan dengan strategi pembentukan manusia, sedang ahli pendidikan bertugas untuk lebih memperhatikan pada taktik (cara) agar strategi itu terwujud. Manambahkan hal itu, Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, melihat falsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafat dan kaidah falsafah dalam pengalaman manusia yang disebut pendidikan. Secara rinci dikemukakan bahwa falsafat pendidikan merupakan usaha untuk mencari konsep-konsep diantara gejala yang bermaacam-macam meliputi:
(1) Proses pendidikan sebagai rancangan yang terpadu dan meyeluruh;
(2) Menjelaskan berbagai makna yang mendasar tentang segala istilah pendidikan; dan
(3) Pokok-pokok yang menjadi dasar dari konsep pendidikan dalam kaitannya dengan bidang kehidupan manusia.

Berbagai ahli mencoba merumuskan pengertian filsafat pendidikan Islam, Muzayyin Arifin, misalnya mengatakan bahwa filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep berfikir tentang hakikat kemampuan manusia untuk dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam. Definisi ini memberi kesan bahwa filsafat pendidikan Islam sama dengan filsafat pendidikan pada umumnya. Dalam arti bahwa filsafat Islam mengkaji tentang berbagai masalah manusia sebagai subjek dan objek pendidikan, kurikulum, metode, lingkungan, guru, dan sebagainya.

Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa filsafat pendidikan Islam bukanlah filsafat pendidikan tanpa batas. Selanjutnya ketika ia mengomentari kata ‘radikal’ yang menjadi salah satu ciri berpikir filsafat mengatakan bahwa pandangan ini keliru. Radikal bukan berarti tanpa batas. Tidak ada di dunia ini disebut tanpa batas, dan bukankah dengan menyatakan bahwa seorang muslim yang telah menyalini isi keimannanya, akan mengetahui dimana batas-batas pikiran (akal) dapat dipergunakan, dan jika ia berfikir, berfilsafat mensyukuri nikmat Allah, berarti ia radikal (konsekuen) dalam batas-batas itu. Menurut Ahmad D Marimba, inilah sifat radikal dari filsafat Islam.

Hakikat dan Tujuan Falsafah Pendidikan Islam
Pada hakikatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung kontiniu/berkesinambungan, berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang diemban oleh pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai hayatnya. Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar. Secara garis besarnya pengertian itu mencakup tiga aspek, yaitu:
(1) Seperangkat teknik atau cara untuk memberikan pengetahuan, keterampilandan tingkah laku.
(2) Seperangkat teori yang maksudnya untuk menjelaskan dan membernarkan penggunaan teknik dan cara-cara tersebut.
(3) seperangkat nilai, gagasan atau cita-cita sebagai tujuan yang dijelmakan serta dinyatakan dalam pengetahuan, keterampilan dan tingkah laku, termasuk jumlah dan pola latihan yang harus diberikan.

Dasar dan tujuan filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya identik dengan dasar dan tujuan ajaran Islam atau tepatnya tujuan Islam itu sendiri. Dari kedua sumber ini kemudian timbul pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah keislaman dalam berbagai aspek, termasuk filsafat pendidikan. Lebih lengkap kongres se-Dunia ke II tantang pendidikan Islam tahun 1980 di Islamabad, merumuskan bahwa:

Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (inteletual), diri manusia yang rasional; perasaan indera. Karena itu, pendidikan hendaknya menacakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik; aspek spritual, intelektual, ianajinasi, fisik, ilmiah, dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif; dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaiakn dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yangsempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.

Dalam pengertian luas terbatas memberikan alternatif definisi pendidikan, yaitu dengan melihat kelemahan dari definisi pendidikan maha luas yang tidak tegas menggambarkan batas-batas pengaruh pendidikan dan bukan pendidikan terhadap pertumbuhan individu. Sedangkan kekuatannya terletak pada menempatkan kegiatan atau pengalaman-pengalaman belajar sebagai inti dalam proses pendidikan yang berlangsung dimanapun dalam lingkungan hidup, baik sekolah maupun di luar sekolah. Selanjutnya kelemahan dalam definisi sempit pendidikan, antara lain terletak pada sangat kuatnya campur tangan pendidikan dalam proses pendidikan sehingga proses pendidikan lebih merupakan kegiatan mengajar daripada kegiatan belajar yang mengandung makna pendidikan terasing dari kehidupan sehingga lulusannya ditolak oleh masyarakat. Adapun kekuatanya, antara lain terletak pada bentuk kegiatan pendidikannya yang dilaksanakan secara terprogram dan sistematis.

Urgensi Bangunan Filsafat Pendidikan Islam
Para ahli telah menyoroti dunia pendidikan yang berkembang saat ini, baik dalam pendidikan Islam pada khususnya mauapun pendidikan pada umumnya, bahwa pelaksanaan pendidikan tersebut kurang bertolak dari atau belum dibangun oleh landasan filosofis yang kokoh, sehingga berimplikasi pada kekaburan dan ketidakjelasan arah dan jalannya pelaksanaan pendidikan itu sendiri.Kegelisahan yang dihadapai oleh Abdurrahman misalnya, yang dikutib dari Muhaimin, mengemukakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama Islam selama ini berjalan melalui cara dialektis metodis seperti halnya pengejaran umum, dan lebih didasarkan pada basis pedagogis umum yang berasal dari filsafat penelitian model Barat, sehingga lebih menekankan pada “transisi pengetahuan agama”. Untuk menemukan pedagogis Islam diperlukan lebih dahulu rumusan filsafat pendidikan Islam yang kokoh.

ahli di bidang pendidikan telah meneliti secara teoritis mengenai kegunaan filsafat Islam. Misalnya Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany yang dikutip oleh Abudin Nata, mengemukakan tiga manfaat dari mempelajari filsafat pendidikan Islam, yaitu sebagai berikut;
Filsafat pendidikan dapat menolong para perancang pendidikan dan orang-orang yang melakukannya dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan.

Filsafat pendidikan dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti yang menyeluruh.
Filsafat pendidikan Islam akan mendorong dalam memberikan pendalaman pikiran bagi faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik di negara kita.
Lebih lanjut Muzayyin Arifin menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan akan bertugas sebagai;
Mamberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam
Melakukan kritik dan koreksi terhadapa proses pelaksanaan tersebut,
Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan tersebut.
Berdasarkan pada kutipan di atas timbul kesan bahwa kegunaan dan fungsi filsafat pendidikan Islam ternyata amat strategis. Ia setidaknya menjadi acuan dalam memecahkan berbagai persoalan dalam pendidikan. Filsafat akan membantu mencari akar dari setiap permasalahan pendidikan. Dengan berdasarkan pada filsafat pendidikan ini setiap masalahn pendidikan akan dapat dipecahkan secara komprehensip, integrated, dan tidak partial, tambang sulam atau sepotong-potong.Membangun Tradisi Keilmuan Pendidikan Islam
Jika kita perhatikan masa kejayaan Islam, tentunya hal yang menarik kita perhatikan adalah tradisi keilmuan masyarakat Islam pada waktu itu. Kesadaran akan ilmu dan kecintaan akan ilmu sangat tinggi, tradisi yang berkembang pada waktu itu adalah tradisi membaca, menulis, berdiskusi, keterbukaan/kebebasan berfikir, penelitian serta pengabdian mereka akan keilmuan yang meraka kuasai.
Tradisi itu terlihat dari; kecintaan mereka akan buku-buku yang hal itu dibarengi dengan adanya perpustakaan-perpustakaan baik atas nama pribadi yang diperuntukkan kepada khalayak umum atau yang disponsori oleh khalifah, para ulama biasanya open hause bagi siapa aja yang mau datang kerumahnya untuk membaca, kedudukan meraka juga dimata masyarakat sangat mulia. Sedemikian cintanya masyarakat akan ilmu sampai-sampai khalifah pada waktu itu untuk merebut hati masyarakat harus memberi perhatian kepada pengembangan ilmu. Kebebasan berpikir yang tinggi memicu tradisi berdiskusi dan berdebat, meraka menjadikan perpustakaan dan masjid sebagai tempat bertemu untuk berdiskusi. kebutuhan untuk berkarya, sehingga kemandekan pemikiran bisa diatasi.

Tradisi keilmuan ini juga telah berkembang di tradisi keilmuan barat; motivasi mereka sangat tinggi untuk mencari ilmu, tradisi membaca dan berdiskusi tinggi, tradisi meneliti yang tinggi, keterbukaan berfikir dan kebutuhan untuk berkarya juga sangat tinggi. Teknologi dan informasi kebanyakan dikuasai oleh barat, banyak temuan dan peraih nobel pengetahuan bukan dari kalangan Islam. Inilah menurut penulis kemajuan barat dan Islam abbasiyah dalam hal ilmu pengetahuan yang perlu kita kembangkan dalam rangka kemajuan dibidang pendidikan Islam. Inilah yang harus kita lakukan untuk mengejar ketertinggalan. Kita harus membangun tradisi keilmuan yang kondusif dalam lingkungan masyarakat akademis. Menciptakan tradisi membaca, tradisi menulis, berdiskusi, meneliti, keberanian untuk berfikir kreatif dan terbangunnya kebutuhan akan berprestasi dan berkarya.

Probem pendidikan Islam adalah problem sistemik, kita perlu melibatkan berbagai pihak untuk bisa lepas dari keterpurukan. Mulai dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan besarbagi sistem pendidikan nasional dan sebagai pengayom pelaksanaannya, lembaga pendidikan Islam, pendidik, peserta didik sampai kepada orang tua pendidik (anak didik) .

Tradisi atau iklim akademis yang kondusif perlu didukung oleh berbagai pihak dari
mulai kebijakan pemerintah yang mampu menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai, fasilitas bisa berupa sarana praktikum, buku dan gedung yang kondusif untuk sarana belajar dan akses pendidikan untuk warga miskin. Pemerintah harus cermat dalam menentukan anggaran pendidikan serta mengawalnya, sehingga tidak ada penyelewengwan anggaran pendidikan yang hal itu memperngaruhi pelaksanaan program pendidikan.

Bagi lembaga sekolah dan pendidik harus mampu memberikan kebijakan dalam rangka membentuk tradisi intelektul (membaca, menulis, meneliti dan berdikusi serta berkarya) di kampus atau disekolah, misalnya dengan mengadakan lomba karya tulis ilmiah, lomba penelitian, lomba debat, memberikan motivasi untuk membaca, menggunakan metode dan media yang bisa mengembangkan daya pikir, kreatifitas, membuat program-program lainya untuk pengembangan diri dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar.
Bagi orang tua membantu menciptakan suasana akademis dirumah, dengan mengarahkan meraka untuk belajar dan selalu memotivasi meraka untuk maju. Orang tua juga berkewajiban mengawasi prilaku anak didik, orang tua juga harus mengetahui program sekolah, sehingga kegiatan sekolah terbantu oleh orang tua ketika mereka berada diluar sekolah. Antara sekolah (lembaga Pendidikan Islam), guru (pendidik) dan orang tua anak didik harus saling komunikasi; Sekolah mengetahui kebutuhan masyarakat dan masyarakat mengetahui kebutuhan sekolah, mengetahui problem anak didik dan sebagainya. Hal ini memungkinan untuk mengetahui dan selanjutnya membicarkan problem-prolem pendidikan yang sedang terjadi, sehingga ditemukan solusi yang tepat untuk berbagai pihakPengembangan tradisi-tradisi keintelektualan seperti diatas harus dikembangkan mulai dari pendidikan dasar. Jika tradisi tersebut tidak dikembangkan dari pendidkan dasar, maka pendidik akan kesulitan menciptakan tradisi keilmuan untuk mereka, sehingga penciptaan tradisi itu selalu terlambat untuk diterapkan.
Learning Society; Upaya Memberdayakan Pendidikan Masyarakat.
Keprihatikan bangsa ini yang dilanda krisis multidimensi dalam berbagai aspek kehidupan menuntut peran pendidikan Islam sebagai benteng sekaligus mencetak generasi penerus untuk memperbaiki kondisi yang ada. Menjadi sangat wajar jika beban dari krisis ini seluruhnya dibebankan kepada pendidikan. Baiknya suatu bangsa bisa dilihat dari baiknya pendidikannya, majunya suatu bangsa juga dipengaruhi dari pendidikannya.
Persepsi masyarakat terhadap sekolah mewakili kondisi yang ada dalam masyrakat/negara. Kenyataan ini, misalnya, telah pula mendapat perhatian para filosof sejak zaman Plato dan Aristoteles, sebagaimana diungkapkan bahwa ‘as is the state, so is the shool’ (sebagaimana negara, seperti itulah sekolah), atau ‘what you want in the state, you put into school’ (apa yang anda inginkan dalam negara, harus anda masukkan dalam sekolah). Hal ini menunjukan, bahwa keberhasilan dari proses pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh pihak sekolah saja, tetapi peran keluarga dan masyarakat juga berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan. Berangkat dari hal inilah maka perlu diperhatikan lingkungan di luar sekolah, baik secara formal maupun non formal, bahkan informasi sekaligus. Harus ada upaya menciptakan lingkungan yang kondusif, yang mampu mengembangkan potensi masyarakat guna mewujudkan tujuan pendidikan yang disepakati bersama.
Pengembangan pendidikan di , hendaknya dilihat sebagai suatu proses kelangsungan peradaban bangsa, maka faktor-faktor psiko sosial budaya perlu diikutsertakan dalam merancang pendidikan, dan perlu diciptakan situasi yang kondusif dalam pembelajaran. Tranformasi sosial psikologis dan budaya adalah suatu keniscayaan yang dihadapai bangsa ini, tetapi hal itu bisa dikendalaikan, khususnya dalam sektor pendidikan. Transformasi ini memunculkan tatanan baru dalam masyarakat, untuk itu perlu pendekatan sejenis sosial and culture engenering yang mampu mengendalaikan perubahan dan pergeseran ke arah yang diinginkan.Dalam upaya menciptakan situasi kondusif bagi keberhasilan belajar hanya dapat terjadi bila seluruh masyarakat kita menuju masyarakat learning society. Artinya, proses mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945 hendaknya diselenggarakan melalui tiga jalur institusi pendidikan, yaitu;
(1) lingkungan atau jalur sekolah dan jalur luar sekolah,
(2) dilaksanakan oleh berbagi pihak termasuk kerjasama masyarakat dengan pemerintah.
(3) merupakan kegiatan yang tidak terputus-putus higga dapat disebut sebagai pendidikan seumur hidup (life long education). Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mewujudkan masyarakat belajar adalah dengan memberdayakan keluarga agar menjadi keluarga yang gemar belajar. Dalam memberdayakan pendidikan keluarga, relevan untuk ditampilakan beberapa fungsi keluarga, yaitu:
(a) fungsi keagamaan,
(b) fungsi cinta kasih,
(c) fungsi reproduksi,
(d) fungsi ekonomi,
(e) fungsi pembudayaan,
(f) fungsi perlindungan,
(g) fungsi pendidikan dan sosial, dan
(h) fungsi pelestarian lingkungan.
Disamping memberdayakan pendidikan keluarga, upaya mewujudkan learning society adalah dengan menciptakan partisipasi masyarakat, mewujudkan pendidikan yang berasal dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk masyarakat. Dengan pendekatan demikian diharapkan akan mempertebal rasa self of belonging yang akhirnya tumbuhnya rasa tanggung jawab atas kondisi yang ada. Sehingga dengan learning society diharapkan akan terwujud masyarakat madani (civil society), hal ini sekaligus sebagai alternatif dalam mengatasi masalah yang melanda negara ini.Semoga. Allahu a’lam bi showab

Daftar Pustaka
Arifin M. Filsafat Pendidikan Islam. . Bumi Aksara. 1994.Jalaluddin & Usman Said. Filsafat Pendidikan Islam; Konsep dan Perkembangan Pemikirannya. . Raja Grafindo Persada. 1999.Mudyahardjo Redja. Filsafat Pendidikan; Suatu Pengantar. Remaja Rosda Karya. 2002.Muhaimain, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Pustaka Pelajar, 2003Nata Abuddin. Filsafat Pen. Ciputat Pres. 2002Rapar Jan Hendrik. Pengantar Filsafat (Terj). Kanisius. 1996. Aktivitas kependidikan Islam di Indonesia pada dasarnya sudah

Rabu, 23 Desember 2009

Taqwa Wasiat Allah dan Rasul-Nya

0 komentar
"Taqwa adalah wasiat Allah Ta'ala untuk seluruh hamba-hambaNya. Para Nabi juga menjadikan taqwa sebagai wasiat bagi para umatnya. Hal yang demikian menunjukkan betapa taqwa adalah sesuatu yang sangat mendasar dalam keberagamaan, dan suatu pangkat yang sangat besar di mata Allah Ta'ala.
Apakah taqwa itu? Taqwa berasal dari kata alwiqoyah, yang berarti pembatas atau perisai. Sebagian ulama mengatakan, "taqwa hendaknya engkau posisikan sebagai pembatas atau perisai antara dirimu dan siksa Allah" Artinya: Bila kita ingin memiliki sebuah perisai taqwa maka kita harus berusaha mendapatkannya. Caranya bagaimana? Tentu kita harus memenuhi syarat-syarat dan rukunnya.Adapun rukun taqwa adalah:1. Menjalankan perintah Allah. 2.Menjauhi larangan Allah. (dua poin ini sudah sangat jelas)
Sedangkan syarat-syarat taqwa adalah: 1.Ilmu, dijadikan sebagai syarat untuk menggapai derajat taqwa, karena ilmu merupakan langkah awal untuk mencapai tujuan. Seseorang bila ingin mencapai sebuah tujuan, maka dia harus mengetahui hakikat (bentuk, rupa dan keriteria) tujuan tersebut dengan jelas, tidak samar-samar, lalu dia harus mengetahui persiapan apa yang ia lakukan untuk mencapai tujuan tersebut, dan dia harus mengetahui apa konsekuensi yang harus ia pelihara ketika telah mencapai tujuan tersebut, dan seterusnya – dan seterusnya.
Ilmu yang dimaksud secara mutlak, yang tidak boleh seorang muslim bodoh (jahil) tentangnya adalah: Ma'rifatullah (mengenal Allah), Ma'rifat An Nabi(mengenal Nabi), dan Ma'rifat Diin Al Islam bil(mengenal agama Islam). Sebagian ulama menyatakan, bahwa ilmu yang dimaksud adalah: Apa yang Allah Firmankan dalam Al Qur'an, dan apa yang Rasululah sabdakan dalam Al Hadits, dan apa yang para shahabat Rasul katakan dalam memahami Al Qur'an dan Al Hadits. Semua itu adalah unsure-unsur taqwa yang sangat mendasar.
2.Ikhlash, yang dimaksud adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk
peribadahan kepada -Nya, menjalankan perintah dan menjauhi larangan -Nya, semuanya dilakukan hanya karena Allah Ta'ala.
Allah berfirman:
" Dan tidaklah mereka diperintah kecuali agar mereka menyembah Allah dengan
memurnikan keta'atan kepadanya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan agar mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus".
[QS. Al Bayyinah: 5]
Rasulullah bersabda:
"Hanyasaja amal itu dengan niat, dan bagi setiap orang sesuai dengan niatnya, maka barang siapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul -Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul -Nya, dan barang siapa yang hijrahnya untuk dunia yang akan dicarinya, atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan". [HR. Al Bukhoriy & Muslim, dari Umar bin Al Khathab].

Allah berfirman:
"... Seandainya mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan". [QS. Al An'am: 88. Ringkasnya, ikhlas adalah merupakan syarat mutlak untuk mencapai ketaqwaan. Semua unsur-unsur taqwa di atas baik syarat maupun rukunnya harus berittiba' atau mengikuti contoh (suri tauladan) Nabi Muhammad Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam diseluruh totalitas kehidupan kita dalam beribadah kepada Allah 'Azza wa Jalla. Hal ini dikarenakan 2 hal:
Pertama: Karena Rasulullah adalah manusia dan hamba Allah yang pertama kali
yang telah mencapai puncak ketaqwaan. Beliaulah orang yang paling bertaqwa didunia. Oleh karena beliau orang yang paling mengerti tentang apa yang dikehendaki oleh Allah, sehingga beliau orang yang pertama kali yang mengerjakan semua perintah Allah, dan orang yang paling pertama kali yang menjauhi larangan Allah berdasarkan bimbingan dari Allah.
Rasulullah bersabda:
"Akulah orang yang paling bertaqwa diantara kalian". [HR. Al Bukhoriy. Dengan demikian jika kita ingin meraih ketaqwaan ikutilah orang yang paling bertaqwa.
Kedua: Karena orang yang ibadah kepada Allah, sedangkan ibadahnya tersebut tidak pernah ada ajarannya dari Rasulullah Muhammad shalallahu'alaihi wa sallam , maka ibadahnya tersebut tertolak disisi Allah subhanahu wa ta'ala.
Rasulullah bersabda:
"Barang siapa yang mengamalkan satu amalan yang tidak ada atasnya ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak".
[HR. Al Bukhoriy & Muslim, dari Ummul Mu'minin Aisyah radliallahu'anha]

Sabtu, 19 Desember 2009

Peran Tasawuf Dalam Islamisasi Indonesia

0 komentar
Page 1
Islamisasi Indonesia terjadi pada saat tasawuf menjadi corak pemikiran dominan di dunia Islam. Umumnya, sejarawan Indonesia mengemukakan bahwa meskipun Islam telah datang ke Indonesia sejak abad ke-8 M., namun sejak abad ke-13 M. mulai berkembang kelompok-kelompok masyarakat Islam. Hal ini bersamaan dengan periode perkembangan organisasi-organisasi thariqat2. Agaknya hal ini yang menyebabkan kuat dan berkembangnya ajaran tasawwuf dengan organisasi thariqatnya di Indonesia. ajaran tasawuf dalam perkembangannya dapat dikatakan sukses.
Penyebaran Islam di Indonesia berkat aktivitas para pemimpin thariqat. Tidak dapat disangkal bahwa Islam di Indonesia adalah islam versi tasawauf3. Tasawuf dan thariqat pernah menjadi kekuatan politik di Indonesia. Tasawuf dan thariqat mempunyai peranan yang penting memperkuat posisi Islam dalam negara dan masyarakat, serta pengembangan lingkungan masyarakat lebih luas. Beberapa Peran itu di antaranya: 1. Sebagai faktor pembentuk dan mode fungsi negara. 2. Sebagai petunjuk beberapa jalan hidup pembangunan masyarakat dan ekonomi. 3. Sebagai benteng pertahanan menghadapi kolonialisasi Eropa. 4 Peran tasaawwuf dan thariqat yang lebih menonjol adalah di bidang politik.
Menurut Sartono Kartodirjo, pada abad ke-19 M., thoriqot menunjukkan peranan penting, walaupun pada mulanya thariqat merupakan gerakan kebangkitan agama berangsur menjadi kekuatan politik keagamaan, bahkan menjadi alat paling efektif untuk mengorganisasikan gerakan doktrinisasi Keagamaan dan cita-cita kebangkitan kembali.5
1
Tasawuf merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari cara seseorang barada sedekat mungkin dengan Allah swt. Kaum orientaalis barat, menyebutnya sufisme, dan bagi meraka kata sufisme khusus untuk mistisme dalam Islam. Lihat: Harun Nasution. Falsafat dan Mistisme dalam Islam (Jakarta : Bulan Bintang, 1973), hlm, 56. Mistisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hlm, 56.
2
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren , (Jakarta : LP3S. 1985), hlm, 140. Thariqat berarti jalan raya ( road ) atau jalan kecil (gang, path) Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3S. 1985), hlm, 140.
Kata thariqat secara bahasa dapat juga berarti metode, yaitu cara Mencapai tujuan yang khusus. Secara terminologi, istilah kata thariqat bersarti jalan yang harus ditempuh oleh seorang sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah swt. Kemudian Digunakan untuk menunjuk suatu metode psikologi moral untuk membimbing seseorang mengenal Tuhan. Lihat Mirce Aliade (ed.) The Encyclopedia of Islam (New York: Macmilan Publishing Co., 1987) Vol. 4, hlm. 4, hlm. 342. 342.
3
Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Islam di Indonesia Abad ke -19 (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm. 173. 173.
4
Johan H. Meuleman, “The Role of Islam in Indonesian and Algerian History; .A Comparative Analysis”, Makalah . Johan H. Meuleman, "Peran Islam di Indonesia dan Aljazair History;. A Comparative Analysis", Makalah. (t,t.,th.), hlm, 4-5; (t, t., th.), hlm, 4-5;
bandingkan dengan GWJ Drewes, New Light on the Coming of Islam to Indonesia , BKI , ( Brigdragen tot de taal-,land- en -volkunde ), .s-Gravenhage-Martinus Nijhoff, 1968. . .
5
Sartono Kartodirdjo, Pemberontakan Petani Banten 1888. (Jakarta: Pustaka Jaya, 1984), hlm.211-225. (Jakarta: Pustaka Jaya, 1984), hlm.211-225.
Page 2
Hal yang wajar apabila dalam perkembangan dakwah Islam selanjutnya6 tasawwuf dan thariqat mempunyai pengaruh besar dalam berbagai kehidupan sosial, budaya dan pendidikan yang banyak tergambar dalam dinamika dunia pesantren (pondok).7
Pada umumnya tradisi pesantren bernafaskan sufistik, karena banyak ulama berafiliasi dengan umumnya tradisi pesantren bernafaskan sufistik, karena banyak ulama berafiliasi dengan thariqat. Mereka mengajarkan kepada pengikutnya Amalan sufistik.8
Kondisi semacam ini mempermudah tumbuh dan berkembangnya organisasi-organisasi thariqat di duinia Islam. Di Indonesia banyak sekali tersebar di berbagai daerah.9
Abubakar Aceh menyebutkan, di Indonesia Terdapat sekitar 41 ajaran thariqat.10
Sedangkan Nahdhatul Ulama (NU) melalui Jam'iyah Thariqat Mu'tabaroh Al-Nahdhiyyah-nya(11) mengatakan, jumlah thariqat di Indonesia yang diakui keabsahannya (mu'tabaroh) sampai saat ini ada 46 thariqat.12 Hal ini menunjukkan thariqat yang berkembang di Indonesia, bahkan di dunia Islam banyak sekali jumlahnya. Asy-Sya'rani, dalam Mizan al-Kubra , misalnya, menyebutkan bahwa jumlah thariqat Asy-Sya'rani, dalam Mizan al-Kubra, Misalnya, menyebutkan jumlah Bahwa thariqat dalam syari'at Nabi Muhammad saw., terdapat 360 jenis thariqat. Hal ini dimungkinkan karena, sebagaimana akan dilihat nanti, thariqat adalah cara mendekatkan diri kepada karena, sebagaimana akan dilihat nanti, thariqat adalah cara mendekatkan diri kepada Alloh swt., sekaligus merupakan amalan keutamaan ( fadho'il al-'amal) dengan tujuan memperoleh rahmat Alloh swt.
Di antara thariqat-thariqat yang berkembang di Indonesia.6 Lihat Zamakhsyari Dhofier, “Pesantren dan Thoriqot” dalam Jurnal Dialog,” Sufisme di Indonesia” (Jakarta: Balitbang Departemen Agama RI, Maret 1978), hlm 9-22.7
Lembaga tersebut adalah nama untuk tempat santri atau siswa belajar mengaji. Lihat Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 677.
8
Martin van Bruinessen, Kitab Kuning: Pesantren dan Thariqat (Bandung: Mizan, 1955), hlm. 20.
9
Ada dua bentuk thoriqot yang Berkembang di Indonesia: thariqat lokal, yakni ajaran thariqat yang didasarkan pada Amalan-Amalan guru tertentu seperti Thariqat Wahidiyah di Jawa Timur, dan thariqat yang merupakan cabang dari gerakan sufi internasional seperti gerakan tarikat Qadiriyah, dan Naqsabadiyah, (Bandung: Mizan, gerakan tarikat Qadiriyah, dan Naqsabadiyah, lihat Martin Van Bruinessen.
10
Abu Bakar Aceh, PengantarIlmu Thariqat (Solo: Ramadani, 1992), hlm. 303; lihat juga Fu'ad Su'adi, Hakikat Thariqat Naqsabandiyah (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1993), hlm.12.
11
Jam'iyah tersebut merupakan lembaga otonom di kalangan Nahdatul Ulama yang membidangi masalah thariqat.
12
Lihat Idaroh 'Aliyah Thariqah Mutabarah Nahdiyah (Semarang: Toha Putra, t.th), hlm 37.
13
Lihat al-Sya'rani. Mizan al-Kubra (Mesir: dar al-Ma'riah, 1343 H.), juz I. hlm. 30.
14
Thariqat Qadiriyah yang yang Merupakan cabang dari gerakan sufi adalah Thariqat Qadiriyah internasional yang didirikan oleh Syekh Abd al-Qadir al-Jailani (470-561 H.), Thariqat Naqsabandiyah didirikan oleh Baha' Naqsaband al-Bukhori (717-791 H.), Thariqat yang Syaziliyah didirikan oleh Abu al-Hasan al-Syazili yang berasal dari Syaziliyah, Tunisia, (ay. 686 H.), Thariqat Rifa'iyah yang didirikan oleh Syeh Akhmad al-Rifa'i (W. 578 H), Thariqat Suhrawardiyah yang didirikan oleh Abu Najib al-Suhrawardi (490-565 H.), dan Thariqat Tijaniyah. Tijaniyah adalah nama yang dinisbahkan kepada Syeh Abu al-Abbas Ahmad Ibn Muhammad at-Tijani yang lahir pada tahun 1150 H., di 'Ain Madi Aljazair, dari pihak ayahnya keturunan Hasan Ibn Ali Ibn Abi Thalib.
 
footer